PERMATA HATIKU

PERMATA HATIKU
Anak-anak adalah pendorong untuk aku terus melangkah kedepan, mengharungi onak dan duri. Kerana mereka aku masih bertahan dan akan terus menyayangi mereka selama-lamanya.

Thursday, March 19, 2009

Warga Prihatin di Bukit Padang


Subuh tadi saya mengikuti suami saya berjoging di Bukit Padang dan mendaki bukit yang memang terkenal di kawasan Bukit Padang.

Dalam dingin subuh saya terlihat dua orang lelaki warga emas sedang membaiki papan-papan di sepanjang jalan menaiki bukit tersebut. Tangan kiri memegang beberapa kayu beruti dan tangan kanan membawa tukul.

Sayu hati saya, tergamit kesedihan dalam jiwa saya. Kasihan pada mereka yang sudah berusia tetapi begitu prihatin dan bertanggung jawab. Sedangkan yang mengunakan laluan itu untuk kesihatan jasmani mereka terdiri dari berbilang kaum, usia dan darjat.

Saya rasa mereka adalah di antara orang-orang yang mula-mula mengunakan jalan kecil, di antara semak samun untuk berjoging dan merekalah di antara orang yang bertangung jawab merentas dan membuat jalan agar ramai yang dapat mendaki bukit tersebut.

Apa yang membuatkan saya tersentuh adalah sifat keprihatinan mereka, berbelanja untuk membeli kayu-kayu beruti dan mengunakan tulang empat kerat mereka untuk memperbaiki laluan ke atas bukit itu. Andai suatu hari mereka sudah tidak mampu lagi meneruskan tugas ini, siapakah akan membuat kerja-kerja charity yang mereka buat sekarang?

Masih terbayang wajah dua lelaki tua yang sudah memang harus di panggil atuk, yang mungkin sudahpun bersara, dengan wajah penuh kerutan menahan penat dan lelah mereka, tubuh basah mandi keringat, meneruskan pendakian mereka sambil memperbaiki jalan ke puncak bukit. Namun pada wajah mereka terbayang keiklasan dan ketenangan.

"Kalau suatu hari nanti, Tuhan memanggil mereka pulang, jalan ke-Syurga terbuka luas, terang dan aman bakal mereka lalui nanti,"kata suami saya dan saya percaya pada kata-katanya.

Bukit Padang

19/3/09

Sunday, March 15, 2009

Suara semut-semut kerdil

Kami bukan orang ternama
Tidak juga punya apa-apa kuasa
Hanya semut-semut kerdil
Ditiup anginpun kami musnah
Namun kami mau juga bersuara

Kami tidak tahu apa itu permusuhan
Apa itu peperangan
Dan kenapa mesti ada persengketaan
Kenapa mesti ada peperangan!

Kami tidak faham kenapa mesti menceroboh orang
Kenapa mesti menghantar anak-anak muda ke sempadan mereka
Kenapa mesti mereka gugur disana
Masa depan mereka bernoktah dengan darah
Hanya bendera kenegaraan menyelimuti mereka
Menghantar mereka kepersemadian kekal.

Kami tidak tahu
Kenapa orang-orang besar
Tidak boleh diam dalam sangkar mereka
Memajukankan tempat sendiri
mengamankan tempat sendiri
Yang masih lemah
masih perluka bantuannya
Yang masih banyak kebulur.

Kami juga tidak tahu
Kenapa...
kera di hutan disusukan
Anak di rumah di tinggalkan.

Kami juga tidak tahu
Apakah ini kerana tamak?
keegoan?
Kebencian dalam diri membuat mereka kejam
Atau mereka tidak faham ajaran Tuhan
Atau pura-pura faham untuk berselindung
Membaling batu dan menyembunyikan tangan.

Kami cuma semut-semut kerdil
Ditiup anginpun kami akan musnah
Tapi kami masih mau bersuara
Kerana ada yang bersuara
Namun cuma sampai di tangga pintu
Tidak sampai ke dalam ruang besar
Dan kalau sampaipun
Tiada telinga yang mendengar
Tiada mata yang melihat
Tiada jiwa yang tersentuh!


Kami cuma semut-semut kerdil
Namun kami tahu apa itu keamanan
Apa itu perpaduan
Segumpal rezeki kami kongsi
Istana kami, kami jaga
Kami harmonikan
Tidak terlintas menyerang istana orang
Apa lagi memporak perandakan orang lain
Kerana kami percaya kekuatan kami
Adalah perpaduan
Hormat menghormati
Dan bersyukur pada apa yang kami dapat
Kami tidak rela melihat penderitaan
Hanya kerana kerakusan kuasa orang besar-besar!

Saturday, March 14, 2009

LET THERE BE NO HATRED BETWEEN US

We have sailed together
our boat hit by cruel waves.
We journeyed together
Walking on the path that full of thorns
Bitterness and sorrow is our best friend.

Sometimes there are days of happiness
Feels all the sweetness of sunshine
Tasted the love that exists in this world
Dreamed to be together forever
and the castle of love will be our forever.

But…Alas!
Sunshine was taken away from us
Our dream drifted in the darkness’s
Our castle of love breaks into pieces
Our hopes become impossible
And we parted with heart full of sorrows
And go to own different ways.

But my dearest…
Nobody is to be blamed
For the castle of love that we build together
Is not meant for us,
And what had happen is not what you want
And it’s not what I want too!

Let there be no hatred between us...

BROKEN ROPES

Sitting alone...
With anger and sadness
Bitterness surrounds me
My world full of darkness
My heart beats fast
Blood flowing rough against my veins
Pain pounding my wholeness.

Ah!!!
My rope breaks
And hope fades away
What can I do to ease myself?
How can I face all these sorrows?
What can I do to be able to accept these?
It’s too painful
It’s too bitter
Its killing me!
No one can help me
Nothing can ease my burdens!

Then…
Lord, I remember YOU
Kneeling here…
I am knocking at your door
Asking from YOU Lord
And I know…
YOU will never give me stones
If I asked for a bowl of rice.

Friday, March 13, 2009

Bilakah akan berakhir?

Bilakah akan berakhir mimpi ngeri
Bilakah akan aman bumimu dari kebinasaan
Bilakah akan terjawab doamu
Bilakah akan tersentuh jiwa yang kejam
Bila?
Bila?
Bila?
Akan tabahkah kau mengharungi hidup ini
Akan berakhirkah penderitaanmu
Kalau dunia cuma memerhati tanpa bantuan ikhlas!

Kuala Lumpur,
Januari 2009

Hentikan sengketa carilah damai

Tiada kata dapat diluahkan
Tiada cerita dapat digambarkan
Keperitan dan kesengsaraan anak bumimu
Bumimu bertukar menjadi neraka
Syurga menangisi kedurjanaan ini
Sampai bila berakhir kekejaman ini.

Peperangan…
Dendam…
Tidak dapat mengembalikan keamanan ini
Malah lebih banyak nyawa yang tidak berdosa
Terkorban
Lebih banyak harta benda musnah!
Lebih banyak dendam dan benci membakar!

Ayuh kita bersatu
Berdoa agar diberi akal yang bijak
Ketenangan pada yang punya kuasa
Agar diberikan mereka iman yang kukuh
Bersihkan hati mereka dari kejahatan
Nyahkan setan yang bersarang dalam darah daging mereka
Agar dapat mencari jalan kedamaian
Agar dapat berfikir seperti manusia bukan binatang
Hentikan sengketa
Jangan biarkan keangkuhan dan keegoan
Menghancurkan rencana setan
Mengembalikan kedamaian dan perpaduan
Hentikan peperangan ini.

Gaza...Bumimu berdarah Lagi!!!!

Tiada harimu tanpa airmata
Tiada tanahmu tanpa darah melimpah
Tiada rumahmu tanpa mayat
Tiada tempat yang selamat dari kemusnahan !
Tiada jiwa terlepas dari penderitaan
Tiada rasa tidak terseksa !
Duniamu jadi neraka !
Kekejaman Zionis terlalu brutal !!!


Zionis ! Israel berhati setan bernafsu binatang!
Sejak 1948 tidak henti kerakusanmu
Menyiksa penduduk tidak berdosa
Penduduk tanpa senjata, lemah
Terkorban kerana kekejaman
Dinamit menghancurkan tubuh suci bayi dan kanak kanak
Yang enak tidur dan belum tahu apa itu kekejaman
Wanita di perkosa! Dibunuh!
Ibu mengandung terkorban, janin tidak berdosa terburai kebumi!

Air matamu air mata dunia
Biar ada yang kaku dan dingin
Berpeluk tubuh
Membutakan mata
Memekak kan telinga
Melihat dan mendengar kesengsaraanmu
Namun Allah masih mendengar dan melihat
Ratap tangismu
Ada insan mulia di dunia ini
Masih menyebelahimu.
Kuatkan semangat
Teruskan perjuangan
Allah tetap disisimu.


28hb Disember 2008

Thursday, March 12, 2009

Permata hatiku
Kasih sayang kamu
Adalah nyawa dan kekuatan mama
Tanpa kamu
Jambatan itu sudah lama putus
Jalan penuh onak dan duri
Kita jelajah bersama
Dewasa kamu bersama jerih dan payah
Terkadang bersama air mata.

Kini...
Menoleh kebelakang
Mengingatkan sejarah silam
Kita terkadang tersenyum
Bagai mana bersama mengharungi hidup
Teringat tawa dan ria
Terkenang kelucuan
Terkadang lupa pada tangis hiba
Ketika ada janji pada kamu
Gagal di kotakan.

Tergamit rasa sedih dan sesal
Ketika gagal membahagiakan kamu
Ketika gagal memberi kemewahan pada kamu
Namun kasih sayang
Mengaburkan kelemahan itu
Kamu tetap bahagia dalam serba kekurangan
Kamu tetap menyimpan suka dan duka
Untuk kamu jadikan panduan hidup
Bila tiba masanya kamu
Harus sendiri melayari bahtera hidup
Tanpa mama disisi kamu.

Biar aku ubati lukamu


Kau datang bagai burung camar terluka
Air jernih melimpah dari kolam matamu
Jiwamu sayu
Semangatmu patah

Biar ku ubati lukamu
Biar ku usap wajah sedihmu
Kuatkan semangatmu
Kutip cebisan kekuatan dirimu
Sematkan dalam jiwamu
Bahawa ada yang jauh lebih terluka darimu.
Ayuh bangun
Ceriakan kan dirimu
Biar kita bersama mengubat luka dijiwamu.

Why???


Mummy
I will never see the sky with glitters stars
I will never have the chance to hug you
I will never have the feeling of dad's love
I will never never see the world!

Why...
Why mummy...
You destroy my happiness
My dream
My life!!!!
You will never see me grow
You will never feel my love which I have reserved for you and dad...
Why mummy....
why....

Wednesday, March 11, 2009

Rindu pada permata hatiku

Terdesak hati saya untuk mencoretkan perasaan seorang ibu yang sudah berusia lebih separuh abad yang saya temui di depan sebuah sekolah berdekatan dengan perhentain bas kota kinabalu kelmarin petang. Matanya liar melihat anak-anak sekolah berkeliaran seperti ayam terlepas dari kandang bila loceng sekolah berbunyi menandakan waktu belajar sudah tamat.

Ketika mendengar keluhan hatinya, saya letakkan diri dalam dirinya dan jiwa saya tersentuh, ikut sebak dan ikut mengalirkan airmata.

Andai perkara begini terjadi pada saya, alangkah hancur hati saya dan saya tidak mungkin seteguh hatinya. Malang yang menimpa diri ibu itu, menyedarkan saya dan berkali kali saya berdoa dalam hati, janganlah anak-anak saya buat begitu pada saya dan saya juga bersyukur kerana sehingga menghembuskan nafas terakhir, ibu saya sendiri tidak pernah kami layan seburuk itu. Saya dapat rasakan ibu saya berbahagia dan sehingga akhir hayatnya, kami telah menunjukkan kasih sayang yang mendalam walaau tidak dapat membalas walau setitikpun deritanya membesarkan kami, namun kami tidak pernah membuatkan airmatanya mengalir kerana gagal meyayanginya.

Subuh tadi, saya bangun awal kerana masih teringat pada ibu tua itu dan lahirlah sebuah puisi khas untuk ibu itu yang kini menetap di rumah Warga Tua di Sri Pritchard.

Sebelum meninggalkan saya dan menaiki bas Papar, dia menyesal kenapa anak -anaknya tidak pernah menjenguk dia dan dia menyesal dan sering bertanya pada dirinya, dimana letaknya kesalahan dirinya sebagai ibu tunggal ketika membesarkan anaknya.


Rindu pada permata hatiku.

Hari ini aku menangis lagi
Rindu pada anak-anak mengamit kudatang kemari
Duduk diantara puluhan anak-anak sekolah
Yang menunggu di jemput oleh ibu dan ayah mereka
Melihat karenah mereka
Merasai kemesraan mereka
Melihat kenakalan mereka.

Hati ini tersentuh lagi
Nostalgia lalu datang menghijau
Terkenang pada permata-permata hatiku
Merekapun sama seperti ini
Dibesarkan dengan penuh kasih sayang
Walau terkadang kulit kaki mereka tercalar
Bekas-bekas rotan
Kerana aku mahu mereka menjadi insan yang baik
Tanpa kusedari mereka sudah dewasa
Sudah berjaya mengejar impian!

Namun disebalik kejayaan
Mereka lupa pada sejarah lalu
Mereka lupa pada asal usul
Mereka lupa pada ibu ini
Yang sentiasa menyayangi dan merindui mereka.

Sampai bila aku disini
Melihat anak-anak orang mendewasakan diri
Sedangkan permata-permata hatiku
Sudah jauh melupakan aku
Bertanya kabarpun tidak
Apa lagi menjengukku
Yang tinggal meneguk simpati dari orang lain
Yang hanya mampu menangisi takdir.

Selagi telaga air mata belum kering
Air mata tetap penghibur hati
Terbuang disini
Entah ...
Adakah mereka masih ingat
Ada sekeping hati kerinduan
Sekeping harapan menebal
Inginkan pelukan dari anak-anak
Yang kini sudah alpa.

Huminodun

Ratu Lagenda
Hati ayahanda dan bonda
Hancur luluh!
Demi rakyat anak harus dikorbankan!
Ratap tangis kekasih hati
Tidak dapat melunturkan niat.

Ratu Lagenda
Huminodun kekasihku
Kemurnian jiwamu
Semanis wajahmu
Menyelamatkan rakyatmu
Bukan dengan kekerasan
Bukan juga dengan peperangan
Namun turun merendah diri.


Puteri kesayangan
Jiwa ragamu suci
Sesuci naluri dan nuranimu.

Merinduimu...??? Bodoh sekali!!!


Mengenalimu
Senda guraumu
Manisnya madah bicaramu
Trelalu indah dan payah tuk dilupakan
Biar cuma sedetik titik mulanya
Namun terlalu mahal nilainya

Namun kini...
Kucuba membedah rasa
Malu datang menyapa dan membisik lembut
"Siapa kau untuk berdiri sama tinggi,
Duduk sama rendah dengannya?"
Dan
Terasa diri ini terlalu jauh dan hina sekali!

Walau....
Mengenangi dirimu
Tiada siapa bisa melarangnya
Menyayangimu?
Mencintai dirimu?
Terlalu bodoh sekali!
Apa lagi merinduimu?
Kerja gila namanya!!!

Bodoh sekali diri ini
Menyayangi dan mencintaimu...
Hanya bagai menunggu bulan jatuh keriba
Aku tidak menyalahkanmu
Kerana datang menyiram benih cinta
Namun aku salahkan diri
Kenapa cepat teruja dan tengellam
Sedangkan antara kita
Bagai langit dan bumi
Terlalu jauh untuk disatukan
Terlalu jauh cuma bisa memandang
Merindui dan mencintai
Dari kejauhan.

Merindui dan mencintaimu
Amat...teramat bodoh sekali
Diri ini!!!

Kota Kinabalu
March 2009

Monday, March 9, 2009

Kau Pergi Membuat Duniaku Suram

Walau...
Antara kita
Kasih dan sayang semakin memudar
Cinta sudah menjadi sejarah silam...

Dan
Walau antara kita
Jalinan hubungan
Cuma bagai satu syarat
Pada satu ikatan yang sudah longgar
Cuma untuk mempastikan
Permata-permata hati tidak bertaburan
Jatuh ke gaung yang gelap

Dan
Walau antara kita
Cinta kasih itu sudah basi
Namun...
Ketika kau pergi buat selama-lamanya
Meninggalkan aku sendirian
Terkapai-kapai cuba memetik bilah-bilah
Kekuatan diri

Kau pergi...
Membuatkan dunia kusuram
Harapan kuhancur
Jiwa raga kulebur
Terasa diri seseorangan
Meneruskan langkah sendirian di dunia penuh kepalsuan.

Jangan biar ego menguasai diri

Puncak gunung itu
walau diselaputi awan membiru
Terkadang silau mata memandang
Bila suria pagi membelainya
walau kelihatan terlalu jauh untuk didaki
apa algi untuk digapai...

Puncak gunung itu
bagai mercu kejayaan kita
lambang kemenangan
menjanjikan kepuasan diri

Dan...
pesanku
dakilah dengan kesabaran
Kenali dan kasihi setiap jerih mencapainya
Ada kesunguhan dan impian di sana
Jangan biar gelojoh menguasai diri
Jangan biar keegoan berkuasa
sampai ada yang jatuh tersungkur
terhumban kegaung gelap
periuk nasinya tercemar oleh pasir!

Pemburu bayang

Menghadiri Persidangan Persuratan Dan Kebudayaan Kebangsaan yang berlangsung dari 6-8 hb March 2009, meninggalkan banyak faktor-faktor positif dalam diri saya, selain dari dapat menimba banyak pengetahuan dan mengenal pasti apa ertinya perpaduan dalam budaya dari mesej-mesej yang disampaikan dalam pembentangan kertas kerja oleh tokoh tokoh sastrawan yahg terkenal, saya juga mendapat satu pengalaman yang amat beharga sekali bila dapat bertemu dengan kawan kawan baru dari Johor, Kuala Lumpur, Sarawak, Brunei, Labuan dan dalam negeri Sabah sendiri.

Tahniah saya ucapkan pada BAHASA dan semoga usaha begini akan berterusan.

Sebenarnya tujuan saya menulis ini bukanlah hendak memberi komen tentang persidangan cuma mahu berkongsi pengalaman yang saya dan beberapa teman dapat ketika berkampung bersama selama tiga hari dua malam.

Kembali ke bilik, kami berbincang tentang topik topic kertas kerja yang telah dibentangkan, sehinggalah timbul keinginan kami untuk menulis satu antoloji cerpen bersama yang bakal banyak memperkatakan tentang Budaya Sabah khasnya (walaupun kami boleh di katakan satu rumpun bangsa tetapi dari segia bioloji dan geografi, kami mempunyai banyak perbezaan dalam segi adat, bahasa dan budaya). Setelas puas berduskusi yang agak serius topiknya kami mula mencari jalan untuk menenangkan fikiran dan salah satu dari kami berjenaka dan mengatakan menghadiri persidangan itu membuatkan dia seperi kembali aktif, seperti zaman remaja dulu dan secara spontan kami tergelak dan mula mengungkap kembali zaman remaja, zaman persekolahan, zaman mula mula mengenal alam percintaan.

Lantas kami salurkan jenaka kami dalam puisi yang spontan tetapi menarik dan boleh di perbaiki lagi.

PEMBURU BAYANG

i

Di sini...
Ada cinta berputik
Ada kasih tersemai
Ada rindu mengamit

Sekelip mata
Sepatah bicara
Terkuit semacam rasa di jiwa
Lidah kelu tanpa bicara
Jiwa bergelora mengatur langkah

Dulu tidak pernah terdengar namamu
Apa lagi mengenali dirimu
Namun...
Disini...
Setiap detik namamu dibibirku.

Lantas...
Membuatkan aku menjadi resah
Mandipun rasanya tak basah
Apalagi makan, macam tak kenyang
Tidur tidak pernah lena
Wajahmu, namamu, bayangmu dimana-mana.

Adakah aku pemburu bayangmu
Kenapa terjadi pertemuan di persimpangan ini
Kasih telah berputik
Walau bukan bakal kumiliki.

(Kami ketawa bersama dan salah seorang menyampuk)

Argh!!! Kalau kau tahu
Cinta itu bukan milikmu
kenapa harus menyusahkan diri
lebih baik jadi unggas
kesana kemari bebas....


Ah! Apakah kau tidak tahu
pepatah mengatakan
Lautan api akan kurenangi
Puncak gunung akan kudaki
Asalkan cinta dapat kumiliki!
Jangan mudah berputus asa
Biar putih tulang jangan putih mata!

Apakah kau tidak pernah terdengar
Berapa banyak tangan yang terbakar dan patah
Ketika merenangi lautan itu
Dan berapa banyak kaki terseliuh
Ketika mendaki gunung itu???

(Dan kami tertawa lagi, puisi ini semakin hangat dan membuat kami bahagia, puisi spontan ini adalah karya bersama dengan Rosaline Oliver, Laurasiam O. Lidadun, Welnee Joykin)

Apapun tanpa disedari kami sebenarnya telah mengikat satu semangat perpaduan, antoloji kami tetap akan terbit nanti dan satu yang kami pelajari tentang perpaduan ia lah, saling menerima dan saling menyetujui.

Kami kembali kealam dewasa, balik ke-istana masing masing, berjumpa keluarga dan akan terus meniup api perpaduan antara kaum yang berbilang bangsa, etnik budaya, adat dan bahasa.

Terima kasih sekali lagi atas usaha Badan BAHASA dan DBP dan semoga Resolusi persidangan mendapat perhatian and tindakan positif dari peminpin negara.